Banner 468 x 60px

.
 

Selasa, 11 Desember 2012

Nasehat Syeikh Utsaimin untuk Para Dokter

0 komentar

http://ufonearth.files.wordpress.com/2011/11/stethoscope-pen-fb.jpg?w=593

1. mengikhlaskan niat dalam pekerjaan saudara

bukan bekerja untuk mendapatkan gaji atau upah (semata), penghormatan
dan lain2, tapi saudara bekerja untuk menghilangkan sakit dengan takdir Allah
melalui usaha saudara2. Dan dengan tujuan berbuat baik kepada orang2 yang
saudara2 obati. Dengan niat yang ikhlas inilah pekerjaan akan memberikan
hasil yang baik. Begitu pula sebaliknya

2. Bersungguh-sungguh untuk mengingatkan pasien untuk bertaubat, istighfar
dan memperbanyak dzikir, membaca alqu'an terlebih untuk mengucapkan dua kalimat,
yang telah disebutkan oleh nabi shallallahu'alaihi wa sallam: "ada dua kalimat
yang ringan (untuk diucapkan) di lidah, tapi berat timbangannya (di akhirat),
dan dicintai oleh ar rohman (yaitu) "Subhanallahi wabihamdih subhanallahil'adzim"

orang yang sakit tidak akan kesulitan untuk mengucapkan dua kalimat ini. Doronglah
dia untuk menggunakan waktu (dengan sebaik-baiknya).

3. Apabila telah ditakdirkan pasien anda menjemput ajalnya, maka kewajiban saudara
adalah mentalqinnya dengan kalimat syahadat laa ilaha illallah

karena Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Bimbinglah orang yang akan
meninggal di antara kalian (untuk mengucapkan) Laa ilaha illallah"
Tapi (yang perlu diperhatikan), hendaklah talqin itu dilakukan dengan lembut.
Apakah anda (harus) mengatakan kepadanya: wahai fulan (pak) ucapkanlah
Laa ilaha illallah karena (sebentar lagi) ajal akan menjemputmu!
jawablah wahai saudara-saudara!... Tidak,

jangan katakan seperti itu, karena barangkali kesusahan yang dia rasakan, (akan
menyebabkannya) mengatakan: "tidak mau"

mungkin cara yang baik (dalam mentalqin) adalah: Anda berdzikir di sampingnya,
Laa ilaaha illallah. Apabila anda berdzikir kepada Allah di sampingnya, niscaya
dia akan ingat (dan mengikuti).

Memang seandainya si pasien adalah orang kafir, maka anda katakan kepadanya:
katakanlah, Laa ilaaha illallah, karena nabi shallallahu'alaihi wa'ala ali wa sallam
berkata kepada pamannya -Abu Thalib- tatkala ajal menjemputnya:
"Wahai pamanku, katakanlah Laa ilaha illallah, suatu kalimat yang akan
aku jadikan alasan (hujjah) untuk membelamu di hadapan Allah".

Rasulullah juga melakukan hal yang sama kepada seorang pemuda yahudi di Madinah.
Tatkala Nabi shallallahu'alaihi wa'ala ali wa sallam menengoknya saat ajal
menjemputnya, beliau menawarkan agama islam kepadanya, maka pemuda itu menoleh
kepada bapaknya, seakan-akan meminta ijin, maka bapaknya berkata: Taatilah
Abu Qosim (Nabi shallallahu'alaihi wa sallam)! akhirnya pemuda itupun masuk islam.

Maka Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:"Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkannya dari neraka".

Lihat! Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam memuji Allah tatkala pemuda itu
berpindah dari agam Yahudi kepada Islam!

Selain itu anda juga tanyakan bagaimana shalatnya? Bersucinya?
Anda ajarkan pada dia sesuai dengan ilmu yang anda kuasai. Karena sebagian pasien tidak
bersuci sebagaimana mestinya. Karena sebagian pasien terdapat najis di pakaiannya

dan berkata, "apabila Allah sudah menyembuhkanku, maka (barulah) aku akan bersuci dan shalat!"

Sebagian pasien mengqashar shalat, padahal dia tinggal di kotanya!

Dia mengira bahwa apabila (seseorang) boleh menjamak, (maka) berarti (dia juga)
boleh mengqashar. Hal ini tidak benar!

Qashar hanya boleh dilakukan untuk siapa? untuk siapa? Untuk musafir saja!

Apabila si pasien adalah penduduk Riyadh (dan dia dirawat di Riyadh), kemudian
kita katakan kepadanya: "Anda boleh menjamak antara dua shalat apabila anda
merasa kesulitan untuk melakukan shalat pada waktunya masing-masing!"
Maka tidak boleh baginya untuk mengqashar!
Tapi seandainya pasien berasal dari kota lain dan dia berobat di Riyadh,
maka kita katakan kepadanya: "Silahkan qashar dan jamaklah (shalat anda)"


4. Apabila pasien adalah lawan jenis. Dalam arti, apabila tertuntut oleh keadaan
yang darurat, sehingga seorang dokter pria mengobati pasien wanita.

Waspadalah terhadap fitnah ini!

Maka jangan membuka bagian tubuhnya kecuali sesuai kebutuhan saja
dan dengan mengurangi obrolan-obrolan atau penanganan,

karena "syaitan berjalan dalam tubuh anak adam (di dalam) jalan darahnya."
Terkadang anda akan berkomentar dalam kondisi semacam ini:
"Tidak mungkin seseorang akan tergoda syahwatnya" atau komentar semisalnya.
maka kita jawab itu benar, itulah asalnya, tapi apa pendapat anda apabila
syaitan berjalan di dalam tubuh manusia (di dalam) peredaran darahnya?

"Bukankah mungkin sekali dia akan menyesatkan orang ini?"
jawabnya "ya, mungkin, mungkin sekali"

juga wasiat (pesan) saya kepada saudara-saudara...

untuk bersungguh-sungguh menghadapkan si pasien ke arah kiblat tatkala shalat,
semampu mungkin! Kalau perlu dengancara kita putar ranjangnya, jika
memungkinkan maka lakukanlah!

jika tidak mungkin katakan pada pasien anda: "Bertakwalah kepada Allah bagaimanapun keadaanmu".

Allah Azza wa jalla berfirman:

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعُ عَلِيمُُ{115}

Artinya :”Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatNya) lagi Mahamengetahui”. (QS.al-Baqarah: 115)

juga Allah azza wa jalla berfirman :

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..... (QS. Al-Baqarah:286)









































































































juga allah azza wa jalla juga berfirman : at taghabun:16

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16)

anda tenangkan hatinya, dan katakan kepadanya:
"Apabila kebiasaanmu adalah shalat menghadap kiblat dan ini adalah kemyataan.
maka telah dituliskan bagimu pahala (menghadap kiblat) itu secara sempurna!"
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

Apabila seorang hamba sakit atau melakukan safar, (maka) dituliskan baginya
pahala amalan-amalan yang dia kerjakan tatkala dia sehat dan mukim".

Dan juga wasiat (pesan) untuk saudara-saudara:
untuk berwasiat/berpesan kepada para pasien apabila mereka (disatukan satu sama lain)
di dalam satu kamar. Saudara pesankan kepada mereka untuk tidak saling mengganggu satu
sama lain. Karena sebagian pasien terkadang mengganggu pasien lainnya,

terkadang dengan cara mendengarkan tape recorder ataupun radio, apabila perkara ini
memang dilarang maka barangkali saja dia mengganggu dengan bacaan AlQur'an, membaca AlQur'an dan
mengeraskan suaranya!

Nabi shallallahu'alaihi wa'ala ali wa sallam telah bersabda kepada sahabat-sahabatnya
yang sebagian mengeraskan bacaanya. Apa yang beliau ucapkan?

Beliau bersabda "Janganlah kalian saling mengganggu satu sama lain dalam
membaca alQur'an."


saya juga berpesan kepada saudara saudara sekalian:

untuk tidak memperbanyak obrolan dengan perawat wanita,
kecuali sesuai dengan tingkat kedaruratan (kebutuhan) dengan berusaha menjaga
pandangan. Karena masalah ini sangat berbahaya. Terkadang obrolan-obrolan itu mendorong kepada
hal-hal yang lebih buruk lagi! Tapi apabila hal itu dibutuhkan (darurat), maka boleh dilakukan,
hanya saja tetap harus menjaga pandangan semampu mungkin.

saya juga berpesan kepada saudara-saudara:

untuk menjaga jam kerja (disiplin).

jangan sampai terlambat dari awal waktu kehadiran dan jangan keluar sebelum waktu keluar.
karena waktu ini bukanlah hak kalian! Jam kerja bukanlah hak dia,

karena dia telah mengambil upah dari jam kerjanya, setiap detiknya ada perhitungan
baginya dari upahnya!

maka tidak halal bagi seseorang untuk terlambat dari awal jam kehadiran dan tidak
boleh maju dari jam pulang, seseorang harus menunaikan amanahnya!


dan saya juga berpesan kepada saudara-saudara:

untuk beriman dan yakin bahwa usaha saudara-saudara ini hanyalah sekedar (menunaikan)
sebab, sedangkan keputusan (akhir) berada di tangan siapa?

Berada ditangan siapa?
Berada di tangan Allah'azza wajalla:

Terkadang, seseorang telah melakukan suatu sebab dengan sempurna, tapi tidak ada hasilnya, karena
keputusan (akhir) berada di tangan Allah.

oleh karena itu apabila seseorang mengutip hadits:

"jinten hitam (habbatussauda) adalah obat dari segala penyakit kecuali maut"

Maka (seakan-akan) konsekuensinya Tidak ada seorangpun akan sakit,
tidak seorangpun akan sakit.

Tapi (ketahuilah) bukan seperti itu keadaannya (kenyataannya).

Habbatussauda adalah suatu sebab (kesembuhan), hal ini tidak diragukan lagi!

Tapi sebab (sarana) ini terkadang tidak mendapatkan hasil karena adanya penghalang.
Maka meskipun anda adalah orang yang sangat teliti (pandai) dan ikhlas,
terkadang usaha anda tidak mendatangkan hasil sesuai dengan keinginan anda.

ketahuilah bahwa keputusan berada di tangan Allah.


saya berpesan kepada saudara-saudara: untuk mengucapkan basmalah ketika memulai
pengobatan dan operasi. Karena setiap perkara penting apabila tidak dimulai
dengan basmalah, maka perkara itu akan terputus berkahnya.



inilah yang bisa saya sampaikan,

mudah-mudahan Allah menjadikan pesan-pesan ini bermanfaat untuk saudara-saudara,
dan menjadikan amal-amal saudara sekalian ikhlas kepada Allah dan bermanfaat untuk para
hamba Allah'Azza wajalla.

ditulis kembali oleh abu abdillah romadhoni dalam video di youtube yang berjudul "dialog dokter bersama Syeikh Sholeh Uthaimin"
Read more...

Minggu, 04 November 2012

Menahan Pandangan Mata

0 komentar

Image







Katakanlah (wahai Nabi) kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka….” (An-Nur: 30-31)


Ayat yang agung di atas mungkin sering terlewati begitu saja saat lisan ini bergerak membaca Kitabullah. Tidak hanya sekali atau dua kali. Bisa jadi kita telah puluhan kali membacanya namun karena diri kita kosong dari pengamalan atau barangkali karena tidak paham dengan apa yang kita baca, menjadikan kita belum mengamalkan ayat mulia di atas.
Alhasil, karena tidak ada pengamalan, pandangan mata ini tidak pernah kita jaga. Bahkan kita biarkan mata ini liar memandang apa saja yang dia inginkan tanpa ada rasa segan dan takut  kepada Sang Penguasa langit, bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dua mata yang merupakan nikmat Allah  ini kita pakai untuk melihat yang haram, melihat laki-laki yang bukan mahram, melihat gambar-gambar yang mengumbar aurat, melihat ini dan itu. Wallahu al-musta’an (Allah  sajalah yang dimintai pertolongan).

Al-Imam Ath-Thabari  berkata dalam tafsirnya: “Allah Yang Maha Tinggi sebutan-Nya, berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad :  (Katakanlah kepada laki-laki yang beriman) kepada Allah I dan kepadamu, ya Muhammad (Hendaklah mereka menahan pandangan mata mereka). Allah I memerintahkan agar mereka menahan pandangan mereka dari apa yang ingin mereka lihat sementara hal tersebut termasuk terlarang untuk dipandang. (dan memelihara kemaluan mereka) untuk terlihat oleh orang yang tidak halal memandangnya dengan cara menutup kemaluan tersebut dengan pakaian yang dapat menutupinya dari pandangan mata mereka. (yang demikian itu lebih suci bagi mereka) Allah I menyatakan bahwa menahan pandangan dari melihat apa yang tidak halal dipandang dan menjaga kemaluan dari terlihat oleh pandangan mata orang lain adalah lebih suci bagi mereka di sisi Allah I dan lebih utama….” Demikian pula yang Allah I perintahkan kepada kaum mukminat. (Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an, 9/302-303)
Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul ‘Arabi t menyatakan memandang apa yang tidak dihalalkan secara syar’i dinamakan zina, sehingga haram memandang perkara tersebut.  (Ahkamul Qur’an , 3/1366)

Rasulullah  telah bersabda:
“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperoleh hal itu, tidak mustahil. Kedua mata itu berzina dan zinanya  dengan memandang (yang haram). Kedua telinga itu berzina dan zinanya dengan mendengarkan (yang haram). Lisan itu berzina dan zinanya dengan berbicara (yang diharamkan). Tangan itu berzina dan zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina dan zinanya dengan melangkah (kepada apa yang diharamkan). Sementara hati itu berkeinginan dan berangan-angan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)

Pernyataan Rasulullah  bahwa zina  mata dengan memandang kepada apa yang tidak halal merupakan dalil yang jelas tentang keharaman perkara tersebut, sekaligus peringatan dari hal tersebut. Telah dimaklumi bahwa pandangan mata merupakan penyebab jatuhnya seseorang kepada perbuatan zina. Karena lelaki yang banyak memandang kecantikan seorang wanita terkadang menjadi faktor yang menyebabkan ia jatuh cinta kepada si wanita sehingga ia binasa karenanya. Maka pandangan adalah pos pengantar kepada zina.


Berkata Muslim ibnul Walid Al-Anshari:

Aku peroleh untuk hatiku satu pandangan yang menyenangkan mataku
Namun ternyata pandangan itu menjadi kesengsaraan dan bencana bagiku
Tidaklah berlalu padaku sesuatu yang lebih berbahaya daripada hawa nafsu
Maha Suci lagi Maha Tinggi Dzat yang telah menciptakan hawa nafsu
(Adhwa`ul Bayan, Al-Imam Asy-Syinqithi t, 6/191)
Sebagaimana tidak halal bagi lelaki memandang kepada seorang wanita (ajnabiyyah/ non mahram), demikian pula wanita tidak halal memandang seorang lelaki. Karena keterkaitan lelaki dengan wanita sama dengan keterkaitan wanita dengan lelaki, keinginan/ tujuan lelaki terhadap wanita sama dengan keinginan/ tujuan wanita terhadap lelaki. (Ahkamul Qur’an , 3/1367)


Al-Imam An-Nawawi  berkata: “Makna dari hadits di atas (hadits Abu Hurairah) adalah anak Adam itu ditetapkan bagiannya dari zina, maka di antara mereka ada yang melakukan zina secara hakiki dengan memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan yang haram (bukan pasangan yang sah, pent.).
Dan di antara mereka ada yang zinanya majazi dengan memandang yang haram, mendengar perbuatan zina dan hal-hal yang mengantarkan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan di mana tangannya meraba wanita yang bukan mahramnya atau menciumnya, atau kakinya melangkah untuk menuju ke tempat berzina, atau untuk melihat zina atau untuk menyentuh wanita non mahram atau untuk melakukan pembicaraan yang haram dengan wanita non mahram dan semisalnya, atau ia memikirkan dalam hatinya.
Maka semuanya ini termasuk zina yang majazi. Sementara kemaluannya membenarkan semua itu atau mendustakannya, maknanya terkadang ia merealisasikan zina tersebut dengan kemaluannya dan terkadang ia tidak merealisasikannya dengan tidak memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan yang haram sekalipun dekat dengannya.” (Syarhu Shahih Muslim, 16/206)


Ibnu Qayyim Al-Jau-ziyyah  ber-kata: “Pandangan mata adalah asal dari seluruh peta-ka yang menimpa seorang insan. Dari pandangan mata melahirkan lintasan di hati. Lintasan di hati melahirkan pikiran, kemudian timbul syahwat. Dari syahwat lahir keinginan kuat yang akan menjadi kemantapan yang kokoh, dari sini pasti akan terjadi perbuatan di mana tidak ada seorang pun yang dapat mencegah dan menahannya. Karena itulah dinyatakan: “Bersabar menahan pandangan itu lebih mudah daripada bersabar menanggung kepedihan setelahnya.”

Seorang penyair berkata:
Setiap kejadian berawal dari pandangan
dan api yang besar itu berasal dari
percikan api yang dianggap kecil
Berapa banyak pandangan mata itu mencapai ke hati pemiliknya
seperti menancapnya anak panah di antara busur dan tali busurnya
Selama seorang hamba membolak-balikkan pandangannya menatap manusia,
dia berdiri di atas bahaya
(Pandangan adalah) kesenangan yang membinasakannya, hunjaman yang memu-dharatkan.
Maka tidak ada ucapan selamat datang terhadap kesenangan yang justru mendatangkan bahaya. (Ad-Da`u wad Dawa`, hal. 234)
Dari penjelasan ringkas di atas, engkau wahai saudariku, telah tahu bahayanya mengumbar pandangan mata dan engkau pun tahu perintah Rabbmu dalam perkara ini. Maka apa lagi yang menahanmu untuk menahan pandangan matamu dari perkara yang haram? Jangan engkau berkata, aku cuma iseng, aku tidak me-masukkan ke hati dari apa yang aku lihat, aku tidak me-mikirkannya, dan sebagainya, dan sebagainya. Takutlah kepada Allah U yang telah berfirman:

“Dia mengetahui pandangan mata yang khianat2 dan apa yang disembunyikan di dalam dada.” (Ghafir: 19)
Dan ingatlah engkau adalah hamba yang dhaif (lemah), siapa yang bisa memberikan jaminan bahwa engkau akan selamat dari tergelicir kepada perkara yang nista?
Wallahu al-musta’an. Semoga Allah I menjaga kita semua. Amin…
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.





sumber
Read more...

Sabtu, 30 Juni 2012

Syaikh Ibnu Utsaimin di Mata Sang Istri

0 komentar


Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabat yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Ummu ‘Abdullah, istri Syaikh kita, Muhammad bin Saleh al-’Utsaimin (rahimahullah). Wawancara itu dilakukan oleh saudari Maha binti Husain Ash-Shammari dan dimuat dalam Majalah “Al-Mutamayyizah”, Riyadh, KSA, Edisi No. 45, Ramadhan 1427H.

1. Apakah ada perubahan motivasi Syaikh dalam hal menuntut ilmu, berdakwah, dan beribadah saat beliau masih muda dan setelah tua?
Jawaban : Saya tidak menemukan penurunan dan pelemahan motivasinya dalam menuntut ilmu, berdakwah, dan beribadah meskipun usianya semakin lanjut. Sebaliknya, dia sibuk meningkatkan jadwalnya, seperti saat beliau sakit tetap bersemangat beribadah, beliau tidak lalai di saat apapun, beliau mengisi setiap detik waktunya dengan mengingat Allah, beribadah kepada Allah, mengajar, dan mengarahkan.

2. Apa yang Anda lihat yang menakjubkan dalam hidup Syaikh?
Jawaban : Hidupnya merupakan contoh yang patut ditiru, terutama kesabarannya dan motivasinya dalam menuntut ilmu serta mengajar dan tidak pelit. Juga, bagi mereka yang tidak dekat dengannya tidak mengetahui keshalihannya.

3. Bagaimana Syaikh berinteraksi dengan anak-anaknya dalam kehidupan pribadi mereka?
Jawaban : Dalam menghadapi anak-anaknya, beliau membaginya dalam dua tahap. Pertama, pada saat mereka masih anak-anak, beliau dekat dengan mereka, merawat mereka, menanamkan beberapa prinsip-prinsip Islam pada diri mereka, mengikuti prestasi pendidikan mereka. Selain itu, ia langsung mengatur, menegur, dan mendorong mereka. Sebagai contoh, terkadang beliau membawa mereka ke masjid untuk melakukan shalat fardhu. Selain itu, beliau menyemangati mereka untuk berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan. Lebih jauh lagi, beliau akan mendorong mereka untuk mengingat beberapa surah pendek dari Al-Qur’an dan memberikan hadiah. Pada saat mereka remaja dan dewasa, beliau menaruh perhatian penuh terhadap pemenuhan kewajiban pada agama dan disiplin jika ada yang lalai. Beliau menggabungkannya dengan pengarahan dan peringanan hukuman. Pada waktu-waktu tertentu, beliau tidak ragu-ragu melakukan sesuatu yang dapat mengubah atau memperbaiki kesalahan mereka. Selain itu, beliau menaruh penuh kepercayaan kepada mereka untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga mereka bisa belajar untuk bergantung pada diri mereka sendiri; beliau terus menyemangati mereka pada kebenaran dan memeriksanya serta memberikan penghargaan pada mereka.

4. Mengapa Syaikh tidak menggunakan henna pada janggutnya?
Jawaban : Mungkin beliau tidak punya waktu untuk melakukannya. Saya pikir saya mendengar beliau berkata sesuatu tentang efeknya.

5. Apa saja yang dapat memancing kemarahan Syaikh dan bagaimana beliau menghadapi kemarahan Anda?
Jawaban : Kemarahannya muncul jika hak-hak Allah dilanggar. Mengenai kemarahan saya kepada anak-anak, beliau akan mencoba menenangkan saya pertama kalinya kemudian memberikan peringatan kepada yang salah. Secara umum, beliau seorang yang pendiam dan tidak gampang marah, jikapun marah, maka kemarahannya akan cepat reda, dan ini adalah rahmat dari Allah kepadanya, sesuatu yang saya harap dapat memilikinya.

6. Bagaimana cara beliau bangun dari tidurnya? Apakah beliau bergantung pada alarm jam, atau beliau meminta seseorang untuk membangunkannya?
Jawaban : Beliau bergantung kepada Allah kemudian alarm jam dan kemudian kami. Biasanya beliau bangun sebelum alarm bunyi dan sebelum saya bangun untuk membangunkannya.

7. Apakah Syaikh pernah pergi ke luar bersama keluarganya untuk piknik?
Jawaban : Ya, biasanya sekeluarga pergi piknik di hari Jum’at setelah mengerjakan Shalat Jum’at berjama’ah; kami pergi ke daerah di dekat padang gurun dengan membawa makan siang. Beliau memanfaatkan waktu ini untuk bermain dengan anak-anak seperti balapan dan berteka-teki. Selain itu, beliau membawa senapan kecil dan bermain tembak-tembakan dengan anak-anak.

8. Bagaimana dengan puasanya Syaikh sepanjang tahun?
Jawaban : Syaikh konsisten berpuasa tiga hari dalam sebulan sepanjang hidupnya. Selain itu, beliau melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, dan puasa di hari Ashura.

9. Bagaimana cara Syaikh memberikan nama pada anak-anaknya ?
Jawaban : Beliau memilihkan nama-nama seperti ‘Abdullah dan Abdurrahman1, beliau menyerahkannya selainnya kepada kami. Kami memilih nama dan memberikan kepadanya, beliau akan setuju atau meminta kami untuk mencari yang lain.

10. Hal-hal apa yang dapat membuat Syaikh senang?
Jawaban : Tak diragukan lagi, kebahagiaan Syaikh dikarenakan meningkatnya kekuatan Islam dan umat Islam. Mengenai kebahagiaannya di dalam rumah, diwujudkan dalam pertemuan dengan keluarga dan anak-anak.
Ana dapat melihat tanda-tanda kesenangan dan kebahagiaan pada dirinya saat bertemu dengan cucunya. Jubahnya beliau buka sehingga cucunya dapat bersembunyi didalamnya kemudian menanyakan tentang mereka beberapa kali sebelum membukanya kembali, hal ini akan dilakukannya beberapa kali. Kemudian, beliau membawa mereka ke perpustakannya dimana beliau biasa menyimpan permen khusus yang mereka sebut sebagai “abooye halawat” (permen ayah saya). Kami pastikan mereka tak akan dapat menemukannya kecuali dengan bantuan beliau. Selain itu, walaupun jadwalnya sangat padat, beliau selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi cucu-cucunya di rumah mereka atau di rumah sakit jika salah seorang dari mereka sakit; ini akan berpengaruh besar pada mereka.

11. Syaikh memiliki berapa anak?
Jawaban : Syaikh memiliki lima putra dan tiga putri.

12. Siapa diantara anak-anaknya yang paling ia sayangi?
Jawaban : Syaikh selalu berbuat adil kepada anak-anaknya di semua urusan, besar dan kecil. Jika beliau menemukan apapun perbedaan di antara mereka, ia tidak akan pernah menyatakannya secara terbuka karena ini bukanlah sebuah keadilan. Jika beliau hanya terlibat dalam masalah-masalah yang ringan, lalu siapa lagi yang kami harapkan?

13. Siapa di antara anak-anaknya yang paling terpengaruh oleh kematiannya?
Jawaban : Semuanya, dan kenyataannya bahwa saya merasa tidak sendirian dalam hal ini karena ia seorang sosok ayah bagi umat Islam di seluruh dunia, semuanya merasakan kesedihan atas kematiannya.

14. Siapa si anak bungsu?
Jawaban : Yang termuda adalah seorang anak perempuan berusia 21 tahun.

15. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Syaikh dalam menuntut ilmu dan apa peran Anda di dalamnya?
Jawaban : Syaikh mulai mengajar di Masjid Agung di Unayzah setelah wafatnya Syaikh ‘Abd ar-rahman bin Naasir as-Saa’di (rahimahullah) sebelum kami menikah. Pada saat itu, beliau menganggap dirinya sebagai seorang tholabul ‘ilm.
Mengenai bantuan saya, hal itu diwujudkan dengan tidak mengalihkan perhatiannya dari menuntut dan menyebarkan ilmu. Saya melayaninya dan menyediakan baginya apa saja yang dapat mendukung usahanya itu. Saya juga memperhatikan anak-anak dan mengurus mereka kecuali dalam hal-hal yang membutuhkan perhatiannya sehingga beliau dapat langsung memberikan arahan, peringatan, dan mencari jalan keluar.

16. Bagaimana beliau membagi waktu antara dakwah, yang mengambil sebagian besar waktunya, dengan tanggung jawab keluarga dan sosial?
Jawaban : Beliau mengatur waktunya dengan baik dan memberikan perhatian besar terhadapnya. Sebagai contoh, beliau mendedikasikan waktunya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah, beribadah, dan anak-anak. tanggung jawab sosial, dan menjunjung tinggi ikatan kekerabatan. Jika, pada waktu tertentu beliau tidak dapat langsung berbagi dalam beberapa tanggung jawab, maka beliau akan masih ingin berbagi bahkan melalui telepon.

17. Apa yang menjadi kebijakannya mengenai pendidikan dan pengarahan pada anak-anaknya?
Jawaban : Kebijakannya merupakan pendidikan, beliau tidak memaksa anak-anaknya untuk mencari keahlian khusus tetapi digunakan untuk berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan mereka. Sudah jelas terbukti bahwa anak-anaknya lulus dari berbagai jenis perguruan tinggi, ada yang lulusan ilmu syar’i, militer, dan juga pendidikan umum.

18. Mempertimbangkan pekerjaan Syaikh dan komitmennya, mau tak mau menyebabkan beliau sering berada jauh dari rumah dan keluarganya. Apa peran Anda dalam hal ini dan bagaimana Anda menutupi ketidakhadirannya?
Jawaban : Meskipun beliau jauh dari rumah untuk mengajar dan berdakwah di Unayzah atau saat berpergian, beliau akan tetap mengontrol anak-anaknya dengan menggunakan telepon dan memeriksa urusan mereka sekembalinya di rumah. Peran saya bahkan tidak layak disebutkan karena kami selalu merasakan kehadirannya di tengah-tengah kami.Secara umum, saya membuat anak-anak dapat merasakan tanggung jawab ayah mereka yang cukup besar dan karya-karyanya yang banyak. Karena itu, saya akan meminta anak-anak agar bersabar dan beliau akan memberikan gantinya begitu beliau kembali.

19. Dapatkan Anda memberitahu kepada kami tentang ibadahnya di rumah?
Jawaban : Beliau selalu menjaga shalat sunnah rawatib, kecuali dalam keadaan yang tak memungkinkan. Beliau biasa bangun di akhir malam semampunya kemudian shalat witir sebelum fajar muncul, disamping tidak henti muraja’ah dan istighfar.

20. Apa saja jadwal hariannya? Misalnya, ketika beliau tidur dan bangun, kapan beliau sarapan pagi, makan siang, dan makan malam?
Jawaban : Syaikh mengisi sepertiga malam terakhir dengan shalat sebanyak yang Allah anjurkan kemudian shalat witir sebelum adzan fajar. Setelah adzan, beliau selalu shalat sunnah fajar. Selanjutnya, beliau akan membangunkan keluarganya sebelum pergi untuk shalat di masjid. Kemudian kembali ke rumah untuk mengulang hapalan hariannya di halaman beserta beberapa ayat dari al-Quran sampai matahari terbit. Kemudian beliau tidur hingga pukul 08.00. Ini adalah jadwal hariannya di saat beliau tidak mengajar di universitas.
Setelah bangun lagi, beliau akan sarapan dan kemudian menyelesaikan pekerjaannya dan bacaannya di ruang kerjanya. Beliau menunaikan shalat duhaa sebelum berangkat ke masjid untuk melakukan shalat Dzuhur. Setelah kembali, beliau akan makan siang bersama keluarga sekitar pukul 1:30 siang. Selanjutnya beliau akan menerima telepon sekitar 20 menit sebelum masuk waktu Ashar. Beliau beristirahat selama lima belas menit atau kurang dari itu sebelum pergi ke masjid untuk shalat Ashar dan bertemu dengan orang-orang yang membutuhkannya. Dia akan kembali ke ruang kerjanya setelah mengatasi kebutuhan masyarakat untuk membaca sebelum pergi ke masjid lagi untuk shalat maghrib dan mengisi ceramah hingga waktu shalat Isha. Biasanya beliau pulang setelah itu untuk makan malam yang ringan sebelum masuk ke ruang belajar untuk memberikan ceramah ke luar Kerajaan melalui telelink atau mengadakan pertemuan. Hampir seperti ini jadwal beliau di sebagian besar waktunya meskipun akan berubah di beberapa keadaan seperti bulan Ramadhan, Haji, dan liburan musim panas.
Juga ada beberapa jadwal mingguan, ini akan terjadi di rumah maupun di luar rumah. Beberapa jadwal mingguan meliputi Rabu malam melakukan pertemuan dengan para hakim, pertemuan dengan para imam untuk menjadwalkan khutbah Jum’at di masjid, pertemuan dengan para staf universitas dan para profesor, dan pertemuan dengan masyarakat hisbah (orang-orang yang memerintahkan kepada kebenaran dan melarang apa-apa yang salah) hingga pukul 11 atau 12 malam kemudian beliau beranjak tidur.

21. Bagaimana jadwalnya selama bulan Ramadhan terutama setelah waktu berbuka?
Jawaban : Syaikh memiliki jadwal yang berbeda selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan sebagian besar waktunya di masjid untuk membaca al-Qur’an dan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, beliau mengundang beberapa orang tholabul ‘ilm dan orang miskin untuk ikut berbuka puasa bersama kami di rumah. Setelah shalat Isya, beliau akan kembali ke rumah untuk makan malam dan memberikan fatwa melalui telepon. Selain itu, orang-orang mengunjungi rumah kami untuk sekedar memberikan salam kepada Syaikh atau meminta fatwa kepada beliau.

22. Dimana Syaikh suka menghabiskan waktunya untuk istirahat?
Jawaban : Pada kenyataannya, Syaikh tidak mengenal istirahat, semua waktunya digunakan. Bahkan saat sedang duduk-duduk bersama kami, terkadang telepon berdering dan beliau akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menangani panggilan telpon itu. Waktu istirahat beliau hanyalah saat menyebarkan ilmu, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memberikan fatwa.

23. Berapa jam waktu tidurnya Syaikh dalam sehari?
Jawaban : Waktunya tak melebihi 3 – 4 jam. Secara total, tak melebihi 6 jam dalam seharinya.

24. Diantara siswanya, siapa yang paling dipujinya, sering disebut namanya, dan beliau senang atas kunjungannya?
Jawaban : Beliau tidak membeda-bedakan murid-muridnya. Semuanya sudah seperti anak-anaknya, beliau tidak memuji mereka secara khusus melainkan memandang mereka semuanya sama ketika menyambut mereka di rumah. Selain itu, beliau akan berusaha memenuhi acara-acara khusus, rapat, perjalanan, atau membantu mereka jika mereka membutuhkannya.

25. Bagaimana keluarga menghadapi keshalehan Syaikh?
Jawaban : Kami menjadikan beliau sebagai contoh panutan dalam segala hak dan kami memuji keshalehannya, yang membuat kami merasa nyaman karena beliau tidak suka adanya tingkah laku yang tidak baik berada di sekitanya. Beliau adalah orang yang sederhana yang menyukai kemudahan dalam segala hal.

26. Apakah beliau menangis saat Syaikh Abdul Aziz bin Baaz wafat?
Jawaban : Beliau sangat terpengaruh oleh wafatnya Syaikh, orang yang menjadi sumber ilmunya. Semua orang di sekililingnya merasakan besarnya dampak itu secara mendalam. Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita di dalam Surganya yang penuh keberkahan.

27. Apakah beliau pernah berpergian selain untuk tujuan menuntut ilmu?
Jawaban : Tidak, beliau tidak berpergian kecuali untuk menuntut ilmu. Beliau melakukan perjalanan ke Makkah untuk ‘umrah dimana beliau juga mendedikasikan waktunya untuk ceramah. Selain itu, beliau juga pergi ke Riyadh dan Tha’if untuk menghadiri rapat Komite Agung Cendikiawan dimana beliau juga mengadakan ceramah dan jadwal kuliah.

28. Bisakah Anda memberitahu kepada kami tentang kemurahan hati Syaikh kepada orang-orang yang membutuhkannya?
Jawaban : Kami dibiasakan untuk memahami perhatiannya kepada orang-orang yang membutuhkan, apakah mereka itu jauh maupun dekat. Misalnya, beliau selalu memperhatikan urusan di dalam keluarga dan kaum kerabat yang membutuhkan. Selain itu, beliau juga melakukan hal yang sama kepada tetangganya, membantu mereka dalam hal-hal yang mereka butuhkan, menghibur mereka dari rasa khawatir dan berbagi dengan kebahagiaan mereka.

29. Apa yang Anda pelajari dari Syaikh? Apakah Anda juga memperlajari fatwa? Apakah Anda pernah memberikan fatwa?
Jawaban : Saya belajar dari Syaikh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan ini, baik dari aspek sosial atau hukum. Mengenai pemberian fatwa, saya tak akan berani melakukan itu. Saya hanya menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang saya terima kemudian saya berikan kepada beliau.

30. Sebelum beliau wafat, apakah beliau memberikan pesan-pesan terakhirnya untuk orang yang dikasihinya?
Jawaban : Syaikh tidak memberikan pesan-pesan khusus sebelum beliau wafat, tapi sepanjang hidupnya, beliau memberikan pengarahan kepada semua orang yang berguna bagi kehidupan mereka dan agamanya.

31. Kami ingin mendengar pesan dari Anda untuk para istri penelepon dan para penuntut ilmu.
Jawaban : Mereka harus mempertahankan suami mereka, secara terbuka dan diam-diam. Selain itu, mereka harus mempersiapkan mereka agar terus dalam situasi dan kondisi yang terbaik untuk dapat berdakwah dan menuntut ilmu. Saya juga mendorong mereka agar tidak mengganggu jadwal suami yang padat dan perjalanan mereka, saat menuntut ilmu, membaca, dan berdakwah. Dengan kehendak Allah, mereka akan mendapatkan pahala.

32. Bisakah Anda memberitahu kami tentang cara Syaikh menerima tamu-tamunya?
Jawaban : Beliau menerima tamu-tamunya dengan sederhana dan terbuka menyambutnya. Beliau memastikan bahwa mereka merasa seperti tamu, dan tiada hari berlalu kecuali memberikan tamu-tamunya makanan, baik makan siang, makan malam atau diantaranya. Kami senang dengan tamu-tamunya dan menghormati mereka.

33. Bagaimana dengan jarangnya dan senangnya beliau saat bertemu dengan anak-anaknya atau para tetangga?
Syaikh bersikap dengan sederhana terhadap anak-anaknya dan para tetangga dan semua orang yang ada di sekelilingnya. Dan salah satu dari hal yang jarang terjadi dan merupakan liburan yang menyenangkan Syaikh gunakan untuk merekam beberapa bacaan pendek dan nasheed2 anak-anaknya dan terkadang di hadapan salah seorang anak tetangga. Kemudian beliau akan mengulang rekaman itu di hadapan orang-orang dalam beberapa pertemuan. Bahkan kami masih terus membuat rekaman tersebut sampai saat ini.

34. Apa saran Anda terhadap kerusakan yang tersebar di kerajaan kita?
Jawaban : Kita memohon kepada Allah agar kita dapat mempertahankan tanah kita dan melimpahkan kita keamanan dan keselamatan. Syaikh sering mengulangi menyebutkan bahwa beliau tidak tahu apakah ada negara di muka bumi ini yang memegang keyakinan yang benar seperti kerajaan kita ini. Demikian pula, beliau mengajak kita untuk menghadapinya dengan bijaksana, memberikan peringatan dengan baik, dan lebih baik berbuat baik dari pada dengan kekerasan.

35. Apakah Syaikh ada meminta Anda untuk melakukan sesuatu yang terasa aneh dan membuat Anda merasa ragu-ragu?
Jawaban : Ini mungkin tidak diketahui sebagian besar orang bahwa saya buta huruf dan tidak menerima sedikitpun pendidikan formal. Ketika saya pertama kali menikah dengan Syaikh, saya benar-benar sibuk melayaninya dan memberikannya kebenaran, lingkungan yang nyaman agar dapat menuntut ilmu dan mengajar. Setelah kami memiliki anak, saya sibuk dengan mereka, mengambil semua waktu saya untuk membesarkan mereka, disamping waktu yang saya habiskan untuk membantu dan mendukung Syaikh dalam menuntut ilmu. Setelah anak-anak besar dan tanggung jawab saya sedikit mereda, saya terkejut karena Syaikh mulai mengajak saya untuk ikut sekolah khusus orang tua. Meskipun awalnya saya ragu, namun akhirnya saya memutuskan untuk bergabung. Selama saya belajar, beliau mengikuti prestasi saya dan tidak membolehkan anak-anak untuk menandatangani laporan akademis saya. Beliau berkata, “Hanya sayalah yang menandatangi semua yang berhubungan dengan laporan akademismu.” Masa-masa belajar adalah periode yang tak terlupakan, manfaatnya tak terhitung nilainya.

36. Hadiah apa yang diberikan Syaikh kepada Anda, anak-anaknya, dan orang-orang pada umumnya?
Jawaban : Sepanjang hidupnya, beliau tak akan menahan apapun dari mereka yang dekat dan mereka yang jauh, dengan segenap kemampuannya. Hadiah terbesarnya untuk kita adalah dakwah dan doa, saya memohon kepada Allah untuk mengabulkan doanya, menerima amalan baiknya, dan memberikan kepada kita kemampuan agar selalu dalam kebenaran setelah kematiannya.

37. Apakah ada hal-hal yang indah yang dilakukan Syaikh dengan Anda yang pernah terjadi di masjid?
Jawaban : Beliau selalu mengatakan kepada kita tentang hal-hal yang dianggap layak untuk disebutkan.

38. Kapan Syaikh melakukan perjalanan dakwah dan bagaimana Anda menangani situasi itu?
Jawaban : Saya mengajak dan mendorongnya sebaik mungkin agar semuanya menjadi mudah baginya dengan cara menyediakan semua kebutuhannya. Pada umumnya, perjalanan itu hanya sedikit, dan biasanya saya ikut serta dalam kebanyakan perjalanan beliau.

39. Bisakah Anda memberitahu kami tentang kegunaan internet bagi Syaikh saat pertama kalinya diperkenalkan di kerajaan?
Jawaban : Beliau termasuk yang paling awal dalam memperoleh manfaat dari layanan ini dan mencoba memanfaatkannya untuk menyebarkan ilmu Islam. Tak ada yang lebih jelas selain pembuatan situs yang semuanya berisi hasil kerjanya. Saat ini situs ditangani oleh organisasi amal yang dibentuk setelah kematiannya.

40. Kapan Syaikh membeli mesin penjawab telepon otomatis?
Jawaban : Dari hal-hal yang tidak diketahui khalayak adalah Syaikh memiliki ketertarikan dengan perkembangan teknologi. Ada beberapa yang beliau gunakan seperti yang sering Anda lihat saat beliau gunakan tapi benda tersebut belum dilepas di pasaran, termasuk arloji elektronik, alat penunjuk arah kiblat, audio perekam, ponsel, dan mesin penjawab telepon otomatis, dan banyak gadget lainnya. Beliau mendapatkan mesin penjawab otomatis begitu mesin itu tersedia di kerajaan ini. Beliau sering menggunakannya, terkadang memogramnya dan merekam pesan sendiri, ketika akan mengadakan perjalanan, beliau akan meninggalkan pesan terperinci tentang cara untuk menghubunginya saat beliau pergi. Beliau merupakan sumber informasi bagi kami semua.

41. Apakah Syaikh membeli surat kabar dan bagaimana beliau mengetahui tentang berita lokal dan nasional?
Jawaban : Kami mendapatkan satu surat kabar sebagai hadiah dan beliau membacanya dikala sempat. Kadang beliau meminta kami untuk menggunting sebuah artkel atau berita sehingga dapat disimpan. Selain itu, beliau mendengar berita dari radio terutama saat sarapan sekitar jam 7 atau 8 pagi ketika beliau sedang ingin mendengarkan salah satu stasiun penyiaran Al-Qur’an dari Riyadh atau BBC. Selain itu, beliau mau mendengarkan analisa yang panjang dari sebuah berita jika hal itu merupakan perkembangan yang penting.

42. Apakah ada yang pernah menawarkan pada Syaikh untuk pindah ke Riyadh?
Jawaban : Sudah beberapa kali beliau diminta untuk pindah ke Riyadh, Madinah, dan Mekah. Bahkan beliau ditugaskan menjadi hakim di Provinsi Timur Al-Ihsaa tapi beliau melihat bahwa tinggal di Unayzah memiliki keuntungan yang besar, sehingga beliau menolak tawaran itu.

43. Selama kunjungan Raja Faisal (rahimahullah), Raja Khaled (rahimahullah), Raja Fahd (rahimahullah), dan pangeran lainnya, apa yang ditawarkan Syaikh buat mereka?
Jawaban : Ketika beliau di rumahnya yang terbuat dari lumpur di Unayzah, beliau dikunjungi oleh Raja Saud (rahimahullah), Raja Khaled (rahimahullah), dan Raja Fahd (rahimahullah), mereka kagum dengan kerendahan hatinya, keshalehannya, kesederhanaannya, dan ibadahnya.

44. Apakah ada yang menawarkan untuk memasang instrumen echo pada mikrofon di masjidnya Syaikh?
Jawaban : Syaikh tidak melihat hal itu.

45. Apakah Syaikh menikah dengan wanita lain selain Anda dan berapa banyak istrinya?
Jawaban : Tidak, Syaikh tidak menikah selain dengan saya. Dia pernah menikahi dua istri sebelum saya; istri pertamanya meninggal dunia dan Allah tidak berkehendak untuk melanjutkan pernikahannya yang kedua.

46. Kami butuh pesan dari Anda untuk orang-orang yang memiliki istri lebih dari satu.
Jawaban : Keadilan. Keadilan. Keadilan.

47. Jika seseorang meminta seorang bapak (contohnya Syaikh) untuk menegur saya sebagai seorang gadis, apa yang Anda harapkan darinya?
Jawaban : Beliau akan menegur Anda seperti beliau menegur anak perempuannya dan semua putri dari umat Islam untuk takut kepada Allah baik secara terbuka maupun diam-diam, untuk berbuat baik kepada orang tua, menjunjung tinggi ikatan kekerabatan, menjaga suami, dan ketakutan kepada Allah dalam membesarkan anak-anak secara Islami berdasarkan kemurahan hati dan kebaikan.

48. Apakah Syaikh memberitahu Anda tentang Mujahid di Chechnya dan tempat-tempat laih terutama karena telah sampai pada kami berita tentang mereka dan Fatwa?
Jawaban : Beliau tertarik mengikuti perkembangan kaum Muslim dimana-mana, di Palestina, Aljazair, Afganistan, dan Chechnya3.

49. Bagaimana Syaikh menerima berita tentang penyakitnya dan bagaimana beliau memberitahukannya kepada Anda tentang hal itu?
Jawaban : Beliau menerima berita itu dengan kesabaran, untuk mengharapkan pahala. Salah seorang anak saya melaporkan kepada saya bahwa setelah mereka menerima berita itu, beliau menyuruh mereka untuk menyimpan berita itu dari saudara-saudara mereka lainnya, saya, dan hanya dia yang akan menyampaikan berita itu. Beliau menyampaikan berita itu secara bertahap. Semoga Allah mengampuninya dan memberinya tempat tinggal yang luas di syurga.

50. Kami datang untuk mengetahui bahwa selama sakitnya Syaikh menolak untuk menyebut sakit kankernya sebagai “penyakit jahat” melainkan hanya menyebutnya sebagai berbahaya. Dapat Anda memberitahu kami tentang hal ini dan tentang kesabarannya?
Jawaban : Hal seperti itu bukan hanya setelah beliau sakit melainkan beliau telah berpendapat seperti itu sejak sebelumnya karena beliau tidak suka menggunakan istilah “jahat” untuk penyakit ini.
Adapun tentang kesabarannya, ini terlihat dalam penyakitnya dan saya tahu bahwa beliau sangat menderita karena penyakitnya itu. Rasa sakit membangunkannya berkali-kali di malam hari, setiap kali beliau ditanya tentang hal itu, beliau akan memastikan bahwa beliau mengatakan rasa sakit itu hanya sebagai informasi bukan sebagai keluhan karena beliau tahu bahwa pahala bagi mereka yang sabar.
Segala puji bagi Allah dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabat yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Catatan Kaki:
1. Merupakan nama dari dua anaknya.
2. Syaikh menyebutkan Nasyid Islami agar tidak membingungkan anak-anak kecil tersebut.
3. Diketahui bahwa Syaikh (rahimahullan) seperti para ulama lain yang dapat dipercaya di zaman kita, al-Albani, bin Baaz, serta Syaikh bin Shalih Al-Fauzan telah mengerahkan upaya yang besar untuk mengarahkan kaum muslim di negara ini dan negara lain atas realitas ini dan kondisi jihad dan memperingatkan mereka dari penyimpangan seperti terlihat dalam fatwa-fatwa yang mereka terbitkan dan saran.
Sumber: understand-islam.net diterjemahkan oleh Tim Shalihah.com. Sumber dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab
Read more...

Minggu, 20 Mei 2012

Wanita Itu Dinikahi Karena 4 Hal

0 komentar



Rasulullah telah bersabda : ”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau”



Karena Hartanya.



Harta itu adalah salah satu dari fitnah dunia, apabila harta telah di miliki oleh seseorang maka harta itu menjadi fitnah dan cobaan baginya, memilih istri hanya karena harta kekayaannya saja berarti dia telah memilih untuk memiliki fitnah dan cobaan, ditambah lagi istri itu sendiri adalah cobaan,



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوّاً لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

(Attaghabun, 64:14) : Hai orang-orang mu'min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu (kadang-kadang isteri atau anak dapat menjerumuskan suami atau ayahnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.),maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan berdamai (tidak memarahi) serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Firman Allah


إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

(64:15) Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.



Maka Nabi menekankan kalian akan rugi, bila alasan menikahinya karena kekayaannya.

Harta itu bernilai nol, angka nol akan ada harganya kalau didepannya ada angka lain selain nol, angka lain itulah agama. Bila orang memiliki harta, harta itu haqiqinya sangat hina, lebih hina dibandingkan dengan bangkai anak kambing di padang pasir yang luas. Pada suatu hari Nabi berjalan dengan para sahabat, kemudian menemukan bangkai anak kambing, “Hai para sahabat tidakkah kau lihat bagkai anak kambing itu ?” kata Nabi, “Ya Nabi” jawab para sahabat, “Siapakah yang mau mengambil manfaat dari bangkai itu?” sambung Nabi, saat itu para sahabat tidak ada yg bergerak, “Ketahuilah bahwa gambaran dunia itu lebih hina dari bangkai anak kambing itu”, al hadits... Kalau seseorang bisa merubah harta itu lebih bermakna, maka berbahagialah dia, antara lain harta yang mereka miliki digunakan untuk jihad fisabilillah.

Jadi janganlah calon suami hanya memilih perempuan hanya semata-mata karena hartanya. Dijamin akan rugi.





Karena Kecantikannya



Allah berfirman :

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ



(Attaghabun, 64:3) : Dia Allah menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia menjadikan rupamu dan Allah membuat bagus rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kamu kembali.



Allah berfirman :

هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ



(Ali Imran, 3:6) Dialah yang membentuk rupa kalian dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Mulya lagi Maha Bijaksana dalam menghukumi.



يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ - الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ -

فِي أَيِّ صُورَةٍ مَّا شَاء رَكَّبَكَ -



(Al Infithar, 82:6 , 7 , 8 )

Hai manusia, apakah yang telah mem perdaya kan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha mulya. - Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, -

Dalam bentuk rupa apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.



Sebenarnya seluruh rupa manusia ini sudah sebaik-baiknya rupa. Maka janganlah memilih kecantikan wajahnya menjadi alasan memilih seorang istri.

Memilih kecantikannya saja tanpa melihat agamanya, dijamin kecantikan itulah yang akan mengakibatkan bencana. Wajah dibuat oleh Allah tidak untuk mengangkat derajat orang sesuai dengan dalil : ” Allah tidak memandang rupa kalian dan harta kalian, melainkan Allah memandang hati kalian dan amal kalian”.



Karena Keturunannya.



Firman Allah :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ



(Attiin, 95:4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .



Orang dilahirkan ke bumi itu tidak bisa memilih suku apa, keturunan siapa dan bagaimana warna kulit, rupa dan bentuk fisiknya. Namun secara garis besar semua manusia dibuat dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Sebagian besar orang arab saat itu, betul-betul menjadikan keturunan sebagai patokan derajat manusia. Bila setelah perkimpoian terjadi, ternyata diketahui derajat suku dan keturunan suaminya itu lebih rendah dari yg mereka lihat maka keluarga si perempuan berusaha agar bercerai, dengan alasan derajatnya berbeda. Bahkan di sebagian jazirah arab binatang kuda pun dicatat dari keturunan apa. Betul-betul tidak boleh dikimpoikan dengan kuda sembarangan, karena nanti mengakibatkan adanya keturunan yang kurang bermutu. Tetapi untuk manusia haqiqi nya beda, mutu manusia itu adalah dari keimanan dan ketakwaanya.



Allah Berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ

لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ



(AlHujuraat, 49:13) : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Waspada.



Bila ada seorang laki-laki mendapatkan istri dari keturunan suku yg mereka anggap tinggi maka ia merasa bangga dan merasa derajatnya ikut naik, padahal



firman Allah :



وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُواْ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ



(Al an’am, 6:132) : Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lupa dari apa yang mereka kerjakan.



Saya pernah dialog dengan salah satu orang Yaman di Masjidil haram, yang warna kulitnya coklat agak gelap...Saat ada perempuan Yaman melintas, laki-laki Yaman yg saya ajak dialog mengatakan “Ini adalah salah satu dari suku kami di Yaman”, ...orangnya tinggi, putih, cantik. Kemudian ia saya tanya “Kenapa kamu dulu tidak menikahi yang seperti itu ?”, “O... tidak bagus karena suku saya kulitnya agak coklat tua, jadi adat kami menilai itu kurang baik karena nantinya bila memiliki keturunan tidak asli dari suku kami”, jawabnya.

Saya juga pernah dialog dengan salah satu orang India, saya Juga tanyakan padanya “Kenapa anda tidak menikahi orang selain India ?”, “Wah tidak baik itu.., karena anak saya nanti “belang” tidak asli India. Kalau tidak asli India nanti orang India yang lain tidak mau kimpoi dengan anak saya yang “belang” itu , jawabnya.

Inilah salah satu alasan orang mencari istri di lihat dari sisi nasabnya. Namun nasab pun akan membawa bencana bila tidak didasari agama.



Karena Agamanya.



Inilah elemen paling baik, paling pantas sebagai alasan seseorang menikahi seseorang. Kalau menikahi wanita karena agamanya maka akan beruntunglah kalian, kalau tidak rugi besar kalian. Jangankan orang yang baru akan membangun rumah tangga, bagi yang akan rujuk saja syarat agama harus dipenuhi.
Read more...